Sabtu, 26 April 2008

Kepemimpinan

Susah ngomong mata kuliah satu ini. dari 3 taon ini sepertinya kepemimpinan memang proses..yang semestinya disadari betul-betul oleh semua rekan-rekan mahasiswi ini semua "proses"

bukan cuma "listening" than "just do it".....

wah

kalau cuma teori perhaps..yang satu ini bisa nambahin perbendaharaan apa itu "makna" pemimpin yang ok



Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Adapun istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan “pemimpin”. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

  1. Teori-Teori Kepemimpinan

Kajian mengenai kepemimpinan termasuk kajian yang multi dimensi, aneka teori telah dihasilkan dari kajian ini. Antara lain:

The Trait Theory

The Trait Theory merupakan teori yang paling tua. Biasa disebut Teori Pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi : bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin, faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan berkomunikasi. Tetapi pada akhirnya teori ini ditinggalkan, karena tidak banyak ciri konklusif yang dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.

Behaviorist Theory

Dengan surutnya minat pada Teori Pembawaan, muncul lagi Teori Perilaku, yang lebih dikenal dengan Behaviorist Theories. Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin. Dari teori inilah lahirnya konsep tentang Managerial Grid oleh ROBERT BLAKE dan HANE MOUTON. Dengan Managerial Grid mereka mencoba menjelaskan bahwa ada satu gaya kepemimpinan yang terbaik sebagai hasil kombinasi dua faktor, produksi dan orang, yaitu Manajemen Grid. Manajemen Grid merupakan satu dari empat gaya kepemimpinan yang lain, yaitu : Manajemen Tim, Manajemen Tengah jalan, Manajemen yang kurang, dan Manajemen Tugas.

Situtonal Theory

Pada masa berikutnya teori di atas dianggap tidak lagi relevan dengan sikon zaman. Timbullah pendekatan Situational Theory yang dikemukakan oleh HARSEY dan BLANCHARD. Mereka mengatakan bahwa pembawaan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah berbeda-beda, tergantung dari situasi yang sedang dihadapi. Pendekatan ini menjadi trend pada tahun 1950-an.

Path-Goal Theory

Teori yang paling kontemporer adalah teori Jalan Tujuan, Path-Goal Teory. Menurut teori ini nilai strategis dan efektivitas seorang pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota dengan penerapan reward and punisment.

Perkembangan teori-teori di atas sesungguhnya adalah sebuah proses pencarian formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Atau dengan kata lain sebuah upaya pencarian sistem kepemimpinan yang efektif dan strategis.

Principle Centered Leadership

Kepemimpinan strategis adalah kepemimpinan yang berprinsip. Prinsip-prinsip tersebut menurut STEPHEN R. COVEY dalam Principle Centered Leadership terdiri dari : 1). Belajar terus menerus, mereka membaca, berlatih, dan mendengarkan masukan; 2). Berorientasi pada pelayanan, mereka melihat hidup sebagai suatu misi dan tidak hanya sebagai suatu karir; 3). Memancarkan energi positif, mereka optimistis, positif, dan modern; 4). Mempercayai orang lain, mereka tidak tidak berekasi berlebihan pada perilaku negatif, kritik dan kelemahan; 5). Hidup seimbang, mereka memperhatian keseimbangan jasmani dan rohani, antara yang tradisionil dan yang modern; 6). Melihat hidup sebagai petualangan, mereka menghargai hidup di luar kenyamanan; 7). Sinergistik, mereka memilih untuk memfokuskan diri pada kepentingan orang lain dan mampu membina energi-energi yang dimiliki organisasi; dan 8). Melaksanakan pembaharuan diri, mereka memiliki karakter yang kuat dan sehat, serta berdisiplin tinggi.

Atas dasar prinsip-prinsip itulah maka kepemimpinan strategis menuntut hal-hal sebagai berikut : 1). Kelompok bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang kelompok; 2). Masing-masing anggota kelompok memiliki kualitas dan nilai-nilai tertentu yang memberikan kontribusi pada berfungsinya mekanisme kelompok secara efektif.

Pada bagian lain Bernardine R. Wirjana menyatakan, bahwa prinsip-prinsip yang mutlak dalam suatu kepemimpinan strategis adalah : 1). Mengerti diri sendiri dan selalu berbuat untuk perbaikan diri sendiri; 2). Menguasai keahlian teknis; 3). Mempunyai tanggung jawab dan bertanggung jawab; 4). Mengambil keputusan yang matang dan tepat waktu; 5). Menjadi peran/role model bagi karyawannya; 6). Mengenal karyawan dan memperhatiakn kesejahteraannya; 7). Membuat anggota selalu mendapat informasi yang mereka perlukan; 8). Menumbuhkan rasa tanggung jawab; 9). Menjamin bahwa tugas-tugas dapat dimengerti; 10). Melatih anggota-anggota sebagai tim; 11). Menggunakan sepenuhnya kapabilitas organisasi.

Prinsip kepemimpinan adalah asas yang mengandung kebenaran dan pantas untuk selalu digunakan oleh setiap pemimpin. Prinsip-prinsip kepemimpinan meliputi : 1. Mahir dalam soal-soal teknis dan taktis. 2. Mengetahui diri-sendiri, mencari dan selalu berusaha memperbaiki diri. 3. Memiliki keyakinan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan dijalani. 4. Mengenal anggota-anggota bawahan serta memelihara kesejahteraannya. 5. Memberi teladan dan contoh yang baik. 6. Menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan anggota. 7. Melatih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak. 8. Buat keputusan-keputusan yang sehat, tepat pada waktunya. 9. Memberi tugas dan pekerjaan kepada bawahan sesuai dengan kemampuannya. 10. Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan.

The Process of Great Leadership

Dalam menganalisa kepemimpinan Soetrisno Bachir, penulis memilih untuk menggunakan teori The Process of Great Leadership dari Kouzes dan Posner. Hal ini dikarenakan karena teori yang dikemukakan dari Kouzes dan Posner ini merupakan teori yang sangat taktis yang berisi tentang tuntunan bagi siapa pun yang secara sadar memilih dirinya untuk menjadi pemimpin. Tuntunan yang diajukan oleh Kouzes dan Posner lebih tepat dikatakan sebagai panduan lapangan bagi para pemimpin untuk mentransformasikan nilai-nilai menjadi tindakan, visi menjadi realitas, rintangan menjadi inovasi, perbedaan menjadi solidaritas, dan resiko menjadi penghargaan (Kouzes & Posner, hlm. xiv).

Kouzes & Posner menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah hubungan antara mereka yang terpanggil sebagai pemimpin dan mereka yang memilih sebagai pengkut. Proses kepemimpinan tidak dapat berdiri sendiri. Proses ini sangat erat kaitannya antara pemimpin dengan pengikut. Bahwa kesuksesan seorang pemimpin tidak dapat dilihat dari variabel pemimpinnya saja, tetapi juga harus dilihat bagaimanan pemimpin tersebut mampu merelasikan hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan pengikutnya. Kesuksesan tersebut akan sepenuhnya bergantung pada kapasitas pemimpin untuk membangun dan mempertahankan hubungan manusia yang memungkinkan orang untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa secara regular. (Kouzes & Posner, hlm. 21)

Teori yang dihasilkan oleh Kouzes dan Posner merupakan pengejewantahan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mereka atas pengalaman kepemimpinan pribadi yang terbaik. Hasil analisa dari hasil penelitian tersebut didapatkan Lima Praktik Kepemimpinan Teladan (The Process of Great Leadership) yang terangkai pula bersama lima praktik tersebut perilaku yang berfungsi sebagai dasar kepemimpinan yang disebut sebagai Sepuluh Komitmen Kepemimpinan. Lima Praktik Kepemimpinan dan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Tabel 1:

Lima Praktik Kepemimpinan dan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan

Praktik

Komitmen

1. Mencontohkan Caranya

1. Temukan Suara Hati Anda dengan memperjelas nilai-nilai pribadi Anda.

2. Beri contoh dengan menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai bersama.

2. Menginspirasikan Visi Bersama

3. Lihat masa depan dengan membayangkan peluang-peluang yang menggairahkan dan luhur.

4. Kumpulkan orang ke dalam visi bersama dengan memperhatikan aspirasi bersama.

3. Menantang Proses

5. Cari peluang melalui pencarian cara-cara inovatif untuk berubah, tumbuh, dan menjadi lebih baik.

6. Lakukan eksperimen dan ambil resiko dengan terus menerus menghasilkan kemenangan-kemenangan kecil dan belajar dari kesalahan.

4. Memungkinkan Orang Lain Bertindak

7. Pupuk kolaborasi dengan mempromosikan tujuan bersama dan membangun kepercayaan.

8. Perkuat orang lain dengan membagi kekuasaan dan keleluasaan.

5. Menyemangati Jiwa

9. Akui kontribusi dengan menunjukkan penghargaan bagi pencapaian individu.

10. Rayakan nilai-nilai dan kemenangan dengan menciptakan semangat komunitas.

Sumber: Kouzes & Posner, The Leadership Challenge: Tantangan Kepemimpinan, edisi ketiga, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, hlm. 23

Berikut akan diuraikan secara singkat penjelasan mengenai proses kepemimpinan teladan yang disebut oleh Kouzes & Posner dengan Lima Praktik Kepemimpinan Teladan.

A. Mencontohkan Caranya (Model The Way)

Hal pertama yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam tahap ini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memahami dengan jelas nilai-nilai atau prinsip hidup mereka. Karena prasyarat yang harus dipenuhi dari seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai dan memahami prinsip hidupnya sendiri. Untuk menemukan prinsip tersebut maka pemimpin harus membuka hatinya dan mendengarkan suara hati atas nilai-nilai pribadi yang dianutnya. Para pemimpin harus menemukan jati dirinya lalu menyuarakannya dengan jelas dan tepat atas nilai-nilai tersebut kepada pengikut mereka dan menjadikan nilai – nilai pribadi tersebut menajdi nilai bersama.

Namun bagaimanapun cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam menggugah pengikutnya atas nilai – nilai tidaklah cukup dengan kata – kata saja. Karena untuk menggerakkan manusia dibutuhkan perbuatan. Seorang pemimpin haruslah menyelaraskan kata – kata mereka dengan perbuatan.

Para pengikut mengharapkan pemimpin untuk senantiasa hadir, memberikan perhatian dan berpartisipasi langsung dalam proses untuk mewujudkan hal – hal yang luar biasa. Pemimpin memanfaatkan setiap peluang untuk menunjukkan kepada orang lain contoh dari dirinya sendiri bahwa ia amat berkomitmen pada nilai – nilai dan aspirasinya. Memimpin dengan memberikan teladan adalah mengenai bagaimana cara mereka memberikan bukti bahwa mereka benar – benar berkomitmen secara pribadi. (Kouzes & Posner, hlm. 81)


B. Menginspirasikan Visi Bersama (Inspire a Shared Vision)

Seorang yang memilih dirinya menjadi pemimpin haruslah seseorang yang mempunyai visi kedepan, yaitu sesuatu yang diluar batas ruang dan waktu. Serta mampu membayangkan masa depan dengan peluang – peluang yang mungkin terjadi saat itu. Imajinasi tentang masa depan tersebut adalah sesuatu yang mendorong mereka untuk senantiasa berpikir maju dan optimis dalam meraih kesempatan tersebut.

Visi yang ada dalam benak pemimpin harus dapat disampaikan dengan kata – kata yang dapat dipahami kepada pengikutnya agar dapat menciptakan sebuah pergerakan yang dinamis dalam organisasi. Sehingga pemimpin memperoleh dukungan atas visi kelompok yang telah dibuat.

Proses penyampaian visi tersebut dilakukan melalui komunikasi yang intensif antara pemimpin dengan pengikutnya. Karena kepemimpinan merupakan dialog. Untuk mengumpulkan dukungan, para pemimpin harus memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai mimpi, harapan, aspirasi, visi dan nilai orang – orang. Pemimpin meniupkan kehidupan ke dalam harapan dan mimpi orang dan memungkinkan mereka untuk melihat kemungkinan menggairahkan yang ada di masa depan. Pemimpin membentuk kesatuan tujuan dengan menunjukkan pada pengikutnya betapa mimpi adalah untuk kebaikan bersama. Para pemimpin menyalakan api semangat dalam diri orang dengan mengekspresikan antusiasme pada visi kelompok yang menakjubkan. Pemimpin mengkomunikasikan kegairahan mereka melalui bahasa yang jelas dan gaya yang ekspresif. Kepercayaan dan antusiasme mereka terhadap visi yang ada adalah percikan yang dapat menyalakan api inspirasi. (Kouzes & Posner, hlm. 16)

C. Menantang Proses (Challenge The Process)

Seorang pemimpin adalah sosok yang tidak pernah berhenti berinovasi dalam mengembangkan organisasi yang dipimpinnya menuju perbaikan sistem yang berlaku saat itu. Hal yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam melakukan inovasi dalam pengembangan organisasi adalah mengenali ide – ide bagus yang tersedia, melakukan tindakan yang mendukung terealisasinya ide tersebut, serta bersedia untuk menantang sistem kerja.

Dalam setiap inovasi dan perubahan akan melibatkan eksperimen, resiko dan kegagalan. Sehingga keberanian dalam mengambil resiko atas pilihan – pilihan inovasi merupakan suatu sikap yang harus mengiringi hal tersebut. Cara dalam menghadapi kemungkinan atas resiko dan kegagalan adalah dengan memulai perubahan secara bertahap dan melaluinya dengan kemenangan – kemenangan kecil serta belajar dari kesalahan – kesalahan kecil yang dilewati. Selain itu pemimpin juga harus memberikan motivasi lebih kepada pengikutnya dalam menghadapi situasi menantang tersebut.


D. Memungkinkan Orang Lain Bertindak (Enable Others to Act)

Pemimpin teladan senantiasa membangun kolaborasi dan kepercayaan. Pemimpin teladan mempunyai orientasi kerja bahwa keberhasilan yang diraih adalah buah dari kerja tim, bukan hasil kerja pribadi pemimpin. Sehingga dalam penyampaian argumentasi pemimpin akan sering menggunakan kata “kami” daripada kata “saya”. Kerja sama tim ini tidak hanya terbatas pada kelompok kecil tim saja, tetapi merupakan kerja sama tim yang mempunyai visi bersama organisasi.

Atas dasar tersebut maka pemimpin akan memungkinkan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan dengan optimal. Karena siapa pun yang dipercayai untuk memberikan hasil yang optimal akan mempunyai rasa kepemilikan yang besar dan kekuatan untuk berbuat yang terbaik. Hal tersebut akan selalu tertanam dalam hati orang tersebut. Namun dalam memungkinkan orang lain untuk bertindak, pemimpin juga tidak boleh memaksakan kekuasaaannya tetapi dengan mendelegasikannya.

Ketika kepemimpinan menjadi sebuah hubungan yang dibangun berlandaskan rasa saling percaya serta kepercayaan diri, orang akan berani mengambil resiko, membuat perubahan, terus menjaga organisasi dan pergerakannya tetap hidup. Melalui hubungan tersebut, para pemimpin telah mengubah para pengikutnya menjadi pemimpin pula. (Kouzes & Posner, hlm. 19)


E. Menyemangati Jiwa (Encourage The Heart)

Dalam meraih kemenangan besar, jalan yang akan dilalui tidaklah mudah. Melainkan jalan yang mendaki dan terjal. Dibutuhkan kekuatan besar untuk dapat melalui semuanya. Pemimpin senantiasa menyemangati jiwa pengikutnya untuk tetap terus melangkah bersama melalui perhatian yang tulus dalam menyemangati mereka. Serta dengan menunjukkan penghargaan atas keberhasilan – keberhasilan kecil yang telah dihasilkan oleh pengikutnya dan pengakuan atas kontribusi yang telah diberikan selama ini.

Merayakan keberhasilan – keberhasilan kecil yang telah diraih merupakan salah satu bentuk pengakuan atas kontribusi pengikut. Dengan perayaan kecil akan tercipta semangat kolektif yang kuat dan dapat menjadi investasi semangat dalam melalui masa – masa sulit.

Tidak ada komentar: