Selasa, 29 Juli 2008

TAKDIR & NASIB



Ternyata masih banyak orang yang belum paham apa itu takdir dan nasib, namun yang paling sering aku temui adalah orang yang tidak mau memahami bagaimana takdir dan nasib bekerja!


Takdir bisa dipahami sebagai sesuatu yang sudah menjadi ketetapan akan hadir bersama kita. Sebagai contoh takdir kita dilahirkan sebagai lelaki atau perempuan dari orangtua yang ada seperti saat ini. Tidak ada satu kekuatan apapun yang sanggup mengubahnya
(yang tentu saja kekuatan Alloh tidak dihitung disini). Bahkan ada cerita pada jaman nabi Sulaiman, pernah beliau ditantang oleh 2 burung garuda yang menyatakan diri sanggup memisahkan 2 pasang sejoli yang akan menikah. Diculiknya si calon pengantin perempuan dan ditaruh di sebuah pulau terpencil, sang Pangeran yang mengetahui kejadian tersebut saking sedihnya kemudian menjatuhkan dirinya dari tebing sebuah lautan. Untungnya tidak mati, malah terhanyut sampai ke pulau tempat si putri diasingkan.akhir cerita si burung garuda ini malu akan kesombongannya dan pamit ke nabi akan mengasingkan diri. Kebenaran cerita ini, wallahualam bisawab! Tapi intinya kalau sudah takdir, jawabnya pasti akan datang dan tak mungkin dihindari.

Disisi lain nasib bisa dirubah sesuka hati kita. Mau tidur setelah baca artikel ini, matiin computer begitu tahu penulisnya siapa atau mungkin malah terkagum-kagum sambil ngeces lihat foto penulisnya (seringkali sih muntah sih, tapi boleh’lah narsis sebentar) itu terserah kita. Itu pilihan, mau dilakukan bisa tidak dilakukan pastinya ada konsekuensi sendiri. Sering terjadi kita malah menyesali kenapa oh kenapa kita melakukan sesuatu hal, yang efeknya tentu saja sering disesali!

Namun apa hubungan kedua hal tersebut? yup! Inilah teori Victor yang pertama. Ketika engkau menjalani nasib maka semua kendali ditanganmu. Bayangkan dirimu menentukan jalan mana yang akan dilalui saat berangkat liburan ke Bali. Mau naek pesawat, bus, kereta kemudian dilanjut dengan bus dari banyuwangi, naik sepeda motor, atau bawa mobil sendiri, yang pasti banyak alternatif yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan. Namun satu hal yang pasti, semua ada konsekuensi tersendiri, Naik pesawat cepat tapi mahal, naik bus lama tapi cukup murah, begitu seterusnya. Dan apapun yang akan menjadi transportasi, kamu PASTI sampai ke Bali! Inilah takdir, kamu tidak akan mampu mengendalikannya.


Oke so?

Jangan putus asa dulu, takdir apapun yang kita alami yang penting adalah kesiapan untuk menjalaninya. Begitu banyak manusia didunia ini bias menjadi contoh ketidaksiapannya terhadap takdir. Begitu sering kita jumpai bahkan dialami sendiri, perbuatan bodoh yang akan disesali karena ketidak mampuan menerima konsekuensi yang terjadi. Sebgai contoh ketidak siapan bahwa dalam hidup ini harus berjuang untuk mencari rejeki bukannya malah mengambil langkah tegap maju jalan merngacaukan tatanan dengan maengatasnamakan mencari sesuap nasi demi cinta kekasih kemudian main bunuh seperti Ryan si begalbrutalsukadandandanwewangianapalagisun-sun’ansamanoval!!! Bersikap aneh dan melawan semua sistem/aturan yang ada.

Ada cara untuk menyiapkan diri kita sehingga pada saatnya nanti kita siap menghadapi takdir kita yang mungkin tidak kita sukai. Orang jaman dahulu selalu bilang bahwa hidup ini seperti air, mengalir. Jika kita mau menerima apa yang sudah menjadi kehendakNya maka aliran air akan menuju tempat yang seharusnya dan semua berjalan “lancar”. Akan tertapi jika kita tidak mau menerima apa yang menjadi ketetapanNya, maka air itu akan “macet” dan tinggal tunggu saja “kehancurannya”.


Coba renungi sejenak, bagaimana kita menjalani hidup sudah “lancar” atau malah pada posisi “macet”?

Jika terasa macet cobalah pakai teori orang cina kuno sebagai berikut!
Dalam teori yang kita sebut saja Cakra Teori ini, manusia dianggap memiliki 7 cakra. Setiap cakra “seharusnya” bisa berkembang dan memiliki tujuan tersendiri namun seringkali dihambat. Hambatan itu yang menciptakan diri kita sendiri, maka yang paling mampu menghancurkan hambatan itu adalah diri kita. Nah, teori Cakra ini akan menunjukan bagaimana cara kita menghacurkan hambatan yang kita buat itu. Caranya cukup mudah, cobalah untuk bermeditasi. Kalau tidak tahu apa itu meditasi, cobalah untuk duduk boleh didalam kamar, bias juga diatas pembaringan tetapi tidak disarankan diatas wc
(that’s called boker bro’!) kemudian usahakan tenang (matikan hp/radio/tv/kompor gas/motor dan a course setlikaan-ingat tidak ada gunanya meditasi kalau ternyata rumahmu terbakar, that’s so stupid), atur nafas (tidak usah ngos-ngosan toh ini bukan bercinta) dan tidak harus mengosongkan pikiran, cukup konsentrasikan pada bayangan/ingatan yang akan kita panggil saat akan “melancarkan” Cakra yang “macet”.


Cakra 1 adalah Bumi/tanah. Cakra ini jika terbuka akan membuat kita menjadi tangguh/survive menghadapi tantangan. Hambatan Cakra ini adalah “rasa Takut”! cobalah untuk membayangkan apa ketakutan utama kita, apa kejadian yang membuatmu ketakutan. Mungkinkah orang yang kita cintai disakiti, atau saat kita kehilangan seseorang/sesuatu yang membuat kita takut? Panggil lagi memori itu! Munculkan gambaran kejadian yang menakutkan itu! Saat “hal tersebut” hadir cobalah untuk menerimanya. Jadikan ketakutan itu menjadi jelas! Jangan coba untuk dilupan atau ditutupi, lihatlah dengan jelas bahwa memang “kejadian” tersebut yang membuatmu takut!

Kita memang harus tetap bertahan hidup dan survive dalam menjalani tantangan yang ada di depan namun biarkan rasa takut itu menjadi bagian kita. Terimalah sebagai bagian hidup yang akan membuat kita lengkap! Ingat rasa takut itu perlu sehingga memang “kejadian” tersebut memang sudah menjadi ketetapan untuk menjadi bagian pelengkap kita. Jika kita sudah menerima kejadian yang menakutkan itu sebagai bagian hidup kita, maka dapat dipastikan kamu sudah membuka Cakra Bumi!


Cakra 2 adalah Air. Cakra ini akan membuat kita mampu mensyukuri “nikmat” bahkan akan membuat tersenyum meski sesuatu hal buruk terjadi (jadi ingat cita-citaku untuk mampu tersenyum saat malaikat Izrail menjemput-amien!woi amien'ni bro’). sayangnya cakra air ini terhalangi “rasa bersalah “. Cobalah untuk mengingat kejadian apa yang membuat kita suka “menyalahkan” diri. Apa yang membuatmu menganggap “…jika saja hal tersebut tidak kulakukan..” atau “..jika itu tidak terjadi padaku…”. Ambil dan ingatlah kejadian tersebut, tampakan seolah-olah itu baru saja terjadi dihadapan kita! Dan itu memang pernah terjadi! Dan itu memang pernah ada.

Saat hal tersebut pernah terjadi, terimalah karena tidak ada mungkin kita mampu kembali untuk merubahnya. Jangan sia-siakan enerji kita untuk membuat mesin waktu dan berharap tidak melakukan hal tersebut. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah “memaafkan” diri kita sendiri. Hadirkan kekuatan untuk memaafkan “apapun” yang akan terjadi, sehingga “prasangka Positif/khusnul udzon” dimiliki. Ingat maafkan diri kita dan engkau akan mampu menjadi pemaaf bagi lingkunganmu!


Cakra 3 aku lupa namanya (woi gue masih manusia bro’ masih makan nasi belum menyan so masih seneng lali). Lokasi cakra ini ada di perut kita, dan ini ada hubungannya dengan kekuatan untuk “merasa” dan terhalangi oleh “rasa malu atau kecewa”. Ambil ingatan kita, dan munculkan kejadian yang membuat kita merasa malu tersebut!munculkan kejadian yang membuat kita kecewa banget! Panggil ingatan yang membuat kita sering kali berujar “ …gue tidak akan pernah lagi…blablabla..” atau “… gue emang ….blablabla…sehingga tidak pantas..blablabla..’’

Kita tidak akan pernah bisa menyeimbangkan hidup jika mencoba meninggalkan “bagian” ini. Nikmati kejadian tersebut, ingat gaya tukul (host 4 mata) yang memalukan dan ngilani namun disukai banyak orang tersebut. Jika kita mampu membuat hal yang memalukan itu “naik pangkat” menjadi salah satu kelebihan kita maka orang disekitar kita akan menganggap hal yang sama. Ingat gaya “srimulat” tukul dimana ia membanggakan diri sebagai orang ndeso, katro dsb. Saat kita menerima hal tersebut tidak akan ada lagi rasa “malu atau kecewa” dengan kelemahan yang ada.


Cakra 4 adalah Hati dan ini berhubungan dengan rasa cinta (...aah jadi merasa muda…woit kerasa puber neh). Cakra ini tertutup oleh dukacita, kesedihan, atau perasaan ditinggalkan. Munculkan kembali rasa tersebut. Apa yang membuat kita merasa ditinggalkan orang yang tercinta. Munculkan rasa saat kita merasa amat terluka saat “dia” tidak hadir kembali atau bisa ditemui lagi. Ayah, ibu, saudara, istri, suami, anak, teman atau kekasihkah? Hadirkan perasaan itu kembali!

Cinta mereka memang meninggalkanmu di dunia ini namun tidak di Hati kita. Cinta tersebut akan selalu bersama kita dan hadir dalam bentuk yang baru. Sebagai contoh saat ditinggal orangtua, begitu besar rasa sedih itu muncul apalagi jika teringat saat mencium kening jenazah beliau, namun kini ada rasa “cinta” yang lahir kembali saat mencium kening anak yang tercinta. Jadi cinta bukan datang dan pergi seperti banyak anak band nyanyikan, namun cinta datang dan tetap hadir walau bersemi dengan bentuk yang lain. Tinggalkan hasrat untuk meratapi kepergian karena akan selalu hadir kelahiran cinta mereka dalam bentuk baru.


Cakra 5 adalah Suara yang terletak di tenggorokanmu. Cakra ini berkembang menjadi kejujuran namun akan tertutup oleh kebohongan. Seberapa sering kita membohongi diri sendiri? Seberapa sering kita tidak mau mengakui “takdir” kita?

Kita harus mengakui apa yang sudah menjadi takdir. Kita harus mengakui bahwa memang inilah sejatinya jati diri kita. Tidak ada gunanya membohongi diri sendiri, toh sebenarnya hanya kita yang paling tahu apa serta siapa dan mengapa kita hadir di dunia ini. Jujurlah dan terimalah peran yang memang ditakdirkan untuk kita jalani ini.

Cakra 6 adalah cakra Cahaya yang terletak di tengah kepala. Ini berhubungan dengan pandangan (keinginan atau harapan?) dan seringkali terhalangi oleh khayalan/ilusi. Ilusi yang paling sering kita alami adalah “perbedaan” dan sering kali apapun yang ada di dunia ini tidak saling berhubungan. Coba pahami apa yang telah kita lakukan ini! Adakah yang tidak kita pahami? Kalau memang ada itu karena kita masih menganggap bahwa hal-hal yang terjadi pada diri kita bersifat parsial/ tidak berhubungan. Berapa kali kita menyalahkan banjir yang terjadi dan kita masih saja suka membuang sampah sembarangan seperti membuang upil (adakah diantara kita yang membuang upil ditempat sampah atau dikantongi? yang ada itu upil pasti dibuang seenaknya, di sentil-sentil sembarangan) dan berapa sering kita mencaci maki kuruptor disisi lain kalau di semprit polisi ulah kita tak akan jauh berbeda dengan gaya mama artalita?

Apapun yang kau pikirkan berbeda sebenarnya adalah sama dan saling berkaitan! apapun yang terjadi padamu dan dilakukan orang didepanmu sebenarnya saling berhubungan. Jika kita masih melihat api, air, angin, bumi, besi atau apapun benda di dunia ini sebagai sesuatu yang tidak berkaitan/berhubungan, maka kita juga belum bisa melihat segala kejadian yang telah kita alami atau akan terjadi sebagai satu kesatuan dan dipastikan cakra 6 ini belum sepenuhnya mengalir “lancar”.


Cakra yang terakhir berada diatas kepala kita dan inilah cakra yang akan meningkatkan kemampuan mengontrol dan menyadari segala konsekuensi terhadap semua tindakan yang akan kita ambil. Cakra ini biasa terhalangi oleh rasa memiliki. Seberapa sering kita menjadi tidak bergerak hanya karena takut kehilangan apa yang telah kita miliki? Seberapa sering kita berteriak atau berbuat vandalisme karena rusaknya barang yang kita miliki atau tidak sesuainya kejadian dengan harapan? Kalau mengutip wejangan Aa’ Gym “… hidup ini seperti nasib tukang parkir, kendaraan seperti apa pun merknya, semuanya harus dijaga si tukang parkir dan diapun akan tampak aneh jika berniat menghalangi si pemilik kendaraan mengambil titipannya…” namun seberapa sering kita tidak bersikap seperti si tukang parkir bahkan lebih parah lagi, berteriak dan meratap saat titipan tersebut diambil! Ingat tidak ada satupun di dunia ini milik kita. Lahir bugil tanpa busana dan matipun tidak akan membawa apa-apa, itulah kita! Kemudian kenapa selama ini ratapi!

Ambil kenangan terhadap semua yang kita cintai dan anggaplah itu semua nanti akan hilang! Jika kita mampu merelakannya (mulai dari pikiran bro’ karena suatu saat yang kita pikirkan itu pasti terjadi) maka kita akan mampu mengendalikan dan menerima segala konsekuensi yang terjadi.


Selamat mencoba!!!!

Jazakumulloh Khoiron Nashr

2 komentar:

Anonim mengatakan...

emang bener ya??? apa yg kita pikirkan suatu saat pasti terjadi???
waduh, berarti skrg sy bs mikirin
kalo jd istri pejabat, naiknya Jaguar, punya rumah di pondok indah,
deposito triliunan, punya byk investasi...walah....gmn menurut pak???

dini

Abdi Dalem Oceh-Ocehan mengatakan...

tapi jadi istri ke 7

habis itu
anak kena narkoba
suami ditankep KPK
rumah dibakar warga
mobil kena tsunami

mati dicincang kayak sama kembarannya ryan

naudzubillah mindalik

NB. pengin boleh, tapi liat "jatah & tempatnya" daripada dipaksain tapi kacau kaya'cewek pipis berdiri, jadinya "kacaukan?!?" (ekstreme example ya?).